Pengertian
Istilah kesulitan belajar secara umum merupakan sebutan yang
diperuntukan bagi anak maupun orang dewasa yang mengalami kesulitan belajar
ataupun memiliki hambatan dalam belajarnya. Biasanya anak berkesulitan belajar
mempunyai prestasi dibawah rerata kelompoknya sehingga mereka dipandang sebagai
anak/orang dewasa yang low class dan
bahkan diperkirakan tidak akan berhasil dalam belajarnya. Yang lebih parah
banyak masyarakat yang menganggap anak berkesulitan belajar sebagai anak yang
bodoh.
Berkesulitan
belajar merupakan salah satu penyebab adanya angka drop out di sekolah. Berkesulitan belajar yang dimaksudkan disini
adalah semua anak atau siswa yang mengalami kesulitan dalam berprestasi,
sehingga anak dimungkinkan akan tinggal kelas, atau bahkan drop out karena
tidak mampu mengikuti pelajaran dikelasnya. Indikasi dari berkesulitan belajar
ini tampak pada hasil laporan prestasi belajar siswa yang selalu ada di bawah
batas kriteria kelulusan.
Anak –anak berkesulitan belajar memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
1.
Gangguan pada
aktifitas motorik
2.
Gangguan pada
persepsi
3.
Gangguan pada
atensi atau perhatian
4.
Gangguan pada
ingatan
5.
Hambatan dalam
orientasi ruang arah/spatial
6.
Hambatan dalam
perkembangan bahasa
7.
Hambatan dalam
pembentukan konsep
8.
Masalah
perilaku
9.
Karakteristik
Yang Ditemui Pada Anak Berkesulitan Belajar
10.
Memiliki
sejarah kegagalan akademik berulang kali
11.
Hambatan fisik
ataupun lingkungan berinteraksi dan kesulitan belajar
12.
Kelainan
motivasional
13.
Kecemasan yang
samar- samar
14.
Perilaku yang
berubah ubah dan tidak dapat diduga
15.
Penilaian
(label) yang keliru karena data tidak lengkap
16.
Pendidikan yang
tidak memadahi dan kebutuhan anak
Sumber- Sumber Timbulnya Kesulitan Belajar :
Kesulitan belajar itu bersumber pada : Psikis, sosial psikologis,
dan sosiologis
Yang bersumber pada psikis, kalau IQ yang rendah, biasanya
dinyatakan sebagai anak slow learning
(lambat belajar, karena IQ dibawah normal), atau border line (garis batas antara normal dan subnormal) yang IQ nya
berkisar 80-89, dengan karakteristik sebagai beikut:
1.
Perhatiannya
kurang
2.
Lambat mereaksi
3.
Kesanggupan
yang terbatas untuk meninjau kembali bahan yang telah dipelajari.
4.
Terbatas
kesanggupannya untuk bekerja dengan ha- hal yang abstrak.
5.
Waktu untuk
belajar dan menangkap sesuatu lama, dan cepat melupakannya.
Yang bersumber pada sosial psikologis, yang mungkin digolongkan
sebagai anak SCHOOL RETARDATION (keterlambatan keterbelakangan disekolah
karena factor endogen eksogen) yang ciri-cirinya: bingung, agresif, tidak
seimbang emosinya, dan kurang percaya pada diri sendiri. Hal ini mungkin
disebabkan oleh cacat yang tidak kelihatan yang memerluan observasi secara
teliti, sehingga mengalami keterbelakangan/keterlambatan di sekolah.
Sedangkan yang bersumber pada latar belakang sosiologis, umpamanya
orang tua yang tidak merancang dengan baik, sikap orang tua yang selalu menekan
dan lain sebagainya. Dalam beberapa hal anak yang mengalami kesulitan belajar
yang bersumber dari segi sosial psikologis dan sosiologis itu dapat disebut
kelaianan semu, kalau golongan itu mendapatkan perhatian masih dapat diharapkan
perbaikannya sekurang-kurangnya prestasinya dapat ditingkatkan semaksimal
mungkin.
Penyebab Kesulitan Belajar:
Sebab-sebab kesulitan belajar itu sifatnya tentative (ancer-ancer)
karena sebab biasanya tidak ditentukan oleh suatu faktor tertentu secara pasti
dan sulit kiranya bahwa suatu gejala disebabkan oleh factor tertentu. Oleh
karena itu untuk menemukan sebab-sebab kesulitan belajar sebaiknya mengikuti
pendapat William Burton dalam
bukunya yang berjudul: The Guidance of
Learning Activities, di mana faktor umum itu dibedakan menjadi 2 faktor yang terdapat dalam diri anak (factor
endogen) dan faktor yang ada di luar anak (factor eksogen).
Sebab kesulitan belajar yang terdapat dalam diri anak dapat berupa
: ketidakmampuan mental, keadaan fisik, emosi tidak seimbang dan
kebiasaan-kebiasaan yang salah. Semuanya itu berkisar pada persoalan yang
bersifat pribadi dalam arti struktur kepribadian anak dalam perkembangannya
menjadi orang dewasa yang stabil dan bertanggung jawab.Bila seseorang anak
pribdinya lemah, sering timbul kegoncangan dalam berbagai bentuk misalnya,
cemas, merasa malas untuk belajar, enggan belajar, merasa dirinya rendah, sukar
bergaul, lekas tersinggung dan lain-lainnya disamping adanya gejala penyakit
jasmani.
Adapun faktor dari sifat pribadi itu banyak sekali misalnya keadaan
ekonomi, lingkungan, konflik dengan orang tua sering terganggu kesehatannya,
cacat tertentu yang mengganggu mereka dalam proses belajarnya. Keadaan-keadaan
seperti ini sering menyebabkan konflik psikis dan kesulitan-kesulitan yang
mengakibatkan mereka memerlukan bimbingan khusus dari ahlinya.
Sedangkan faktor kesulitan belajar yang berada diluar anak yaitu
faktor yang berkisar pada rumah tangga atau keluarga anak, faktor yang
bersumber pada sekolah (guru, kurikulum, teman sekolah, dan sebagainya),
dan faktor yang bersumber pada
masyarakat atau lingkungan sosial.
Mengidentifikasi Anak Berkesulitan Belajar
Untuk memperoleh informasi yang lebih akurat tentang kesulitan
belajar seorang anak/siswa. Maka, yang perlu kita lakukan adalah diagnose dan
assessment yang dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi siswa dan
bagaimana cara menolong siswa tersebut dalam menghadapi masalah belajar. Untuk
melakukan diagnosis dan identifikasi awal pada anak yang mengalami kesulitan
belajar dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Mencatat
anak-anak dengan berbagai indikasi antara lain :
·
Tugas/kegiatan
akademisnya sering tidak selesai
·
Kwalitas
pekerjaanya buruk (dibandingkan dengan teman sekelasnya).
·
Tidak ada
motivasi belajar, sering absen disekolah.
2.
Melakukan
pengamatan systematic terhadap masing-masing anak.
3.
Menggunakan
alat/instrument seleksi (screening test).
4.
Testing
psikomatrik, meliputi:
·
Asesmen potensi
intelektual.
·
Asesmen hasil
belajar/prestasi akademik.
·
Asesmen
berbagai modalitas belajar.
Data atau informasi tentang kesulitan belajar dapat juga diperoleh
melalui 4 cara:
1.
Case history -
melalu interview
2.
Obserasi
3.
Informal
testing
4.
Formal standard
test.
Dalam pelaksanan diatas tidak terpisahkan tetapi saling
menyempurnakan. Dibawah ini akan diperkenalkan beberapa bentuk kesulitan
belajar persepsi, yang dapat digunakan pula untuk membuat tes informal dalam
usaha mengenali adanya hambatan dalam persepsi visual seorang anak.
1.
Diskriminasi
Visual
Dapat berbentuk kurang dapat melihat :
·
Adanya
perbedaan bentuk yang kiri dan kanan. (mempertukarkan) misalnya: b-d;p-q
·
Atas dan bawah
(membalikan) misalnya: n-u;m-w
2.
Bentuk dan
Latar (figure dan ground).
Adalah kemampuan seseorang untuk memusatkan perhatian terhadap
stimulus yang diberi, sementara stimulus yang lain juga ada. Gejala-gejala yang
ditunjukan berupa hambatan dalam:
·
Memusatkan pada
detail, misalnya memusatkan pada satu gambar yang terdiri dari barbagai gambar.
· Memisahkan
bagian pokok dan latar belakang.
Tampak bingung
atau kacau dalam menghadapi tugas-tugas.,bila disekelilingnya ada gerakan
misalnya :pada waktu anak belajar di suatu ruangan, tiba-tiba ada anak lain
masuk, Ia tidak bisa lagi memusatkan pada apa yang tadi mereka pelajari.
·
Melihat gambar
dan tidak dapat menangkap tema sentralnya karena perhatiannya tertuju pada
detil-detil kecil yang lain.
3.
Asosiasi Visual
dan “Closure”
Yang terhambat berbentuk
:
·
Ada yang dapat
bercerita secara verbal, tapi tidak dapat menuliskannya, walaupun mereka tahu
bagaimana mengeja kata-katanya.
4.
Ingatan Visual
Baik jangka pendek, maupun jangka panjang, berupa ketidakmampuan
untuk:
·
Menceritakan
urutan gambar, ejaan dari kata.
·
Mengingat
kembali posisi,letak,atau arah.
·
Mengingat
stimulus visual, warna, bentuk terutama bila terjadi perubahan ukuran, detail, posisi
dan lain-lain.
5.
Visual
Constancy.
·
Mengalami
kesuliatan memahami bahwa benda tampak kecil bila jaraknya semakin jauh dari
pengamatan visual.
·
Mengalami
kesulitan melihat gambar berdimensi.
Dampak dari Kesulitan Belajar Terhadap :
a.
Segi
Psikologik.
Masalah-masalah yang sering kali muncul seperti diuraikan sebelumnya
adalah masalah-masalah penggunaan bahasa lisan/tertulis dan masalah dalam
mendengarkan, berfikir, membaca, mengeja matematik, penekanan pada reaksi.
Sedangkan masalah motorik dihubungkan dengan kondisi seperti
koordinasi motorik yang buruk,gerakan ceroboh. Hal seperti ini (kerusakan otak)
yang mempengaruhi berbagai fungsi belajarnya.
b.
Segi Sosial
Emosional.
Yang paling sering dikemukakan tetang anak berkesulitan belajar
adalah ketidakstabilan emosi dan empulsifitas. Emosi yang labil ditandai dengan
seringnya terjadi perubahan-perubahan yang menyolok dalam suasana hati dan
temperamen. Pada beberapa anak ada kemungkinan untuk tiba-tiba menyerang orang
lain tanpa ada provokasi sebelumnya atau tiba-tiba berdiam diri pada waktu yang
tidak sepantasnya.
c.
Segi pendidikan.
Kesulitan belajar terjadi pada masa pra sekolah sebaiknya perlu
segera ditangani, karena jika tidak segera diatasi maka akan berpengaruh pada
masa selanjutnya. Kegagalan akademik yang berulang-ulang dan bahkan tuntutan
kurikulum sekolahpun dapat menyebabkan seorang siswa tidak mampu mengikuti
pendidikan dengan lancar.
Usaha-usaha Pencegahan
Sebenarnya kesulitan belajar dapat di cegah misalnya peranan
seorang guru. Peranan guru dalam hal ini 2 macam, yaitu menyembuhkan bagi anak
yang sedang menderita kesulitan belajar dan mencegah agar tidak menular kepada
teman lainnya. Peranan ini dapat dipermudah bila menggunakan teknik/ alat
tertentu.
Teknik / alat itu diantaranya:
·
Observasi untuk
dapat memperoleh cara anak bekerja, ketelitiannya, ketekunannya, kerapian,
kebiasaan hubungannya dengan teman-teman.
·
Angket yang
berhubungan dengan diri anak, misalnya cara belajarnya, minatnya, keadaan
kesehatannya kesulitan yang dihadapi keadaan disekitarnya dan sebagainya.
·
Wawancara untuk
menunjukkan kesalahan yang telah dilakukan anak bersama menentukan langkah yang
harus dilakukan anak sehingga mempunyai kepercayaan dirinya.
·
Meneliti hasil
pekerjaan/ulangan, untuk mengetahui aspek-aspek yang kurang mengenai
pengetahuannya, cara membuat pekerjaan, cara menyusun pikiran, ketelitian,
pengetahuan bahasa dan kerapiannya.
·
Tugas kelompok
untuk dapat melihat penguasaan bidang studi dan pengetahuan anak di kelas. Hal
ini akan tampak dalam cara menyelesaikan tugas.
·
Pengguanaan
buku rapor sejak ia masuk sekolah, terutama saran guru sebelumnya.
·
Kunjungan rumah
untuk melengkapi dan mengecek keterangan-keterangan di sekolah.
·
Tes psikis, ini
merupakan cara khusus untuk mencegah dan menyembuhkan kesulitan belajar yang
diderita oleh si anak.
Pendidikan untuk Anak Berkesulitan Belajar
Kebanyaakan anak berkesulitan belajar tergolong anak yang normal
dalam segi fisiknya, mereka tidak memerlukan sekolah khusus atau sekolah luar
biasa. Mereka dapat belajar disekolah biasa atau sekolah reguler bersama anak
lain yang tidak berkesuliatan belajar. Meskipun demikian, anak berkesulitan
belajar memerlukan pelayanan khusus atau pendidikan luar biasa. Adapun
pelayanan pendidikan luar biasa bagi anak berkesulitan belajar.
Menurut Lerner (1988:141)
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi tiga system penempatan
yang banyak dipilih oleh sekolah, yaitu kelas khusus (special class), ruang
sumber (resource room), dan kelas regular (regular class). Menurut Lerner, 20%
anak berkesulitan belajar di Amerika serikat memperoleh pelayan dikelas khusus,
62% diruang sumber dan 15% dikelas regular.
1.
Kelas Khusus
Dalam kelas khusus anak berkesulitan belajar sepanjang hari diajar
oleh guru khusus.Sebagian besar dari waktu yang digunakan di dalam kelas khusus
jenis ini umunya untuk pelajaran membaca, menulis, berhitung dan kadang-kadang
juga tetang ketrampian dan aspek-aspek khusus dalam bahasa.Sekolah yang
menyelenggarakan kelas khusus biasanya menempatkan 10 atau 20 anak berkesulitan
belajar dalam satu kelas.
2.
Ruang Sumber
Ruang sumber merupakan ruang yang disediakan oleh sekolah untuk
memberikan pelayanan khusus bagi anak berkesulitan belajar. Di dalam ruang
tersebut terdapat guru remedial dan berbagai media belajar. Aktivitas di dalam
ruang sumber umumnya berkosentrasi pada upaya memperbaiki ketrampilan dasar
seperti membaca, menulis dan berhitung. Guru remidial atau guru sumber dituntut
untuk menguasai bidang keahlian yang berkenaan dengan pendidikan bagi anak berkesulitan belajar.
Kelas Regular
Kelas regular dimaksudkan untuk mengubah citra tentang adanya 2
tipe anak, yaitu anak yang berkesulitan belajar dan anak yang tidak
berkesulitan belajar. Dalam kelas regular yang dirancang untuk membantu anak
berkesulitan belajar diciptakan suasana belajar yang koperatif. Sehingga baik
anak yang berkesulitan belajr maupun yang tidak berkesulitan belajar,dapat
menjalin kerjasama untuk mencapai tujuan belajar.
Pada dasarnya anak dengan kesulitan belajar dikarenakan oleh dua
hal yaitu dikarenakan cacat fisik tertentu dan kesukaran belajar karena memiliki
masalah kemampuan belajarnya atau masalah akademiknya bahkan ada dua pandangan
mengenai anak berkesulitan belajar:
Seperti halnya ahli medis yang menganggap bahwa kesulitan belajar
disebabkan oleh kerusakan fungsi otak. Dan untuk menanganinya atau merawat anak
tersebut melalui obat untuk mengurangi tingkat kesulitan belajar dan gangguan
yang diakibatkannya. Misalnya dengan menggunakan obat atau vitamin.
Sedangkan Psikolog dan ahli-ahli pendidikan menganggap anak
berkesulitan belajar disebabkan oleh adanya deficit dalam keterampilan
perceptual motorik akan mencari bentuk-bentuk bantuan yang dapat meningkatkan
fungsi peseptual motorik. Bila penyebabnya diduga karena kekurangan di bidang
akademik akan meningkatkan kemampuan dalam bidang yang dianggap kurang.
Misalnya dengan cara memodifikasi perilaku, latihan pengamatan dan lain
sebagainya.
Dengan perkataan lain setelah kita menentukan diagnosa dari
hambatan yang terjadi pada seorang anak maka bentuk penanggulangannya bisa
berupa :
1.
Remedial
2.
Tutuoring
3.
Kompensasi
Apabila anak berkesulitan belajar yang dikarenakan masalah
pengelihatan dan pendengarannya kurang, yang harus kita lakukan adalah anak
tersebut didudukan di bagian depan kelas, serta diberikan petunjuk secara
tertulis dan lisan untuk semua tugas yang diberikan (di papan tulis, kalender,
atau rencana pengajaran).
Bagi anak yang mengalami masalah auditif/pendengaran saja dapat
digunakan alat-alat pengajaran visual. Seperti peta, slide, grafik, atau
gambar-gambar dalam ceramah.
Sedangkan anak-anak yang mengalami masalah visual dan visual motor,
sebaiknya dianjurkan untuk menggunakan tape pada saat ceramah, diskusi dan
mendengarkan petunjuk-petunjuk lain. Berikan tugas-tugas tertulis yang pendek,
yang memiliki variasi dalam model, demonstrasi, diagram, slide dan penyajian
lisan.
Pada kenyatannya, kita sering mendengar saat ini banyak anak anak
yang mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh kenakalan si anak.Memang
kenakalan anak ada hubungannya dengan kesulitan belajar. Dalam kegiatan belajar
perlu anak menyesuaikan sikap dan tingkah lakunya dengan situasi proses belajar
mengajar. Contohnya saja, di dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan ketenangan. Tetapi kalau sang anak
berturut dalam kelas pada waktu pelajaran, sehingga membuat suasana menjadi
ribut.perbuatan seperti itu sudah termasuk kenakalan anak, akibatnya anak
tersebut tidak bisa memahami materi yang diberikan pengajar dengan baik karena
hasil ulah kenakalannya.
Bahkan para ahli pernah melakukan penyelidikan,hasilnya lebih dari 50%
anak nakal adalah anak yang mengalami kesulitan belajar (learning
desabilities). Sedangkan di perancis terdapat 75% anak nakal yang sampai
melanggar hukum adalah mereka yang mengalami kesulitan dalam belajarnya.
Sebenarnya bukan anak nakal saja yang sering mengalami kesu;litan belajar
bahkan anak cerdaspun bisa mengalami kesulitan belajar yang berupa penyesuaian
diri (problem emosi). Secara intelektual anak cerdas memiliki IQ di atas 130,
tetapi dengan kondisi itulah anak cerdas atau berbakat mempunyai problem emosi
seperti frustasi, dianggap trouble maker karena tingkah lakunya yang berbeda
dengan anak normal lainnya dan kecepatan mengerjakan tugas yang lebih cepat
dari anak normal lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar